Bentangan tahun telah kita lalui, waktu berputar dalam kilasan masa dengan kepatuhan kita tapaki mengikuti irama alam semesta, dan kita selalu menemukan titik perjumpaan dalam himpitan ruang dengan suasana dan asmofir yang tidak pernah serupa, regukan anggur dan bratawali kehidupan tercicipi dalam langkah kehidupan. Merenung dan bersyukur sikap yang bijak ketika bersua waktu awal kita ada, menengok kebelakang menyapa diri, apakah hanya keakuan yang terpelihara dalam keangkuhan asa, atau senantiasa menata dalam lemparan kesalahan, semua karena kamu, naïf rasanya kalau itu yang senantiasa mengitari langkah kita, tentu bukan itu yang kita inginkan tapi semua berharap ada dalam kesetaraan asa dan masa, mampu berjalan pada rentang waktu yang mulus dengan keharmonisan rasa toleran, saling menyapa dan membantu dalam tataran kata “kita”, kebersamaan.
Satu September waktu yang dipercaya dan dimaklumi sebagai hari jadi Kuningan, semua berhak menilai, yang pasti kita adalah bagian dari warga kota Kuningan yang kita cintai, baik – buruk tetap “Kuningan Kita” tanggung jawab dan rasa kebersamaan yang nampak dan senantiasa harus dipelihara, bukan ego memupuk rasa empuknya roti kekuasaan, hasrat membangun hanya pulasan yang membaur dalam belenggu bayang-bayang duniawi dan kepuasan hati, Kuninganku yang memberikan kehormatan, atau hanya torehan luka dendam dan ceceran racun kebencian yang dipupuk dalam memandang yang nampak hanya keburukan, sehingga yang muncul kata itulah Kuninganmu. Dalam membangun tidak bisa sendirian perlu kebersamaan semua warga, nakhoda yang memegang kendali haluan biduk pembangunan menuju pantai kesejahteraan, bila biduk melaju oleng beri inspirasi dan jeernihkan pikirannya untuk diarahkan ke tampat idaman bersama segenap masyarakat.
Kini Kuningan “milangkala” ke 512, waktu yang cukup tuk memaknai hidup, goresan penguasa telah memberi warna dalam masanya semua berjalan dalam ruang dan waktu yang berbeda, masing-masing berjalan dalam periode yang telah ditentukan sejak Arya Adipati Kuningan yang diyakini awal terbentuknya pemerintahan Kuningan sampai sekarang birokrat yang dikomandani H. Aang Hamid Suganda dalam period eke 2, plus – minus satu kepastian, tinggal sejauhmana dan dari mana kita memandang, cakrawala pandang hendaknya disinari moralitas yang senantiasa mengajarkan akan hakekat kebajikan dan mampu memapah pada kacamata pandang yang dibaluti kejernihan hati, dengan demikian kita bisa menilai dengan arif, apakah kondisinya lebih pada tataran “Kuninganku” dan “Kuninganmu”, atau sudah sesuai dengan harapan pada “Kuninngan kita”, abaikan pikiran apriori, biasakanlah untuk bekata “ya” bila yang kita nikmati dan kita rasakan adalah kemajuan, dan kritisi untuk bekata “tidak” bila belum nampak kesesuaian makna pembangunan, namun harus diikuti pula ucapan kata “seharusnya” tuk memberi solusi dari ketidaksesuaian tersebut
Makna hari jadi dari sebuah negara atau kota sekali pun adalah untuk mengevalusi diri, sejauhmana pembangunan telah memberikan kemakmuran pada warganya, menciptakan rasa aman dan keadilan, mengembangkan suasana kehidupan yang ditaburi rasa cinta kasih, dan mampu meredam ketidakpuasan masyarakat dengan terus mengupayakan kesejahteraan yang merata, apakah format pembangunan sudah berjalan pada pola pendekatan ukuran kinerja yang populer dengan sebutan indek pembangunan manusia atau lebih pada pendekatan yang kasat mata untuk sekedar decak kagum dari yang melintas, “ya” atau “tidak” akan sangat tergantung pada kejernihan hati dari para pelaku pembangunan dan objek pembangunan yang juga senantiasa dilibatkan sebagai subjek pembangunan
Dewasa ini masyarakat sudah terbiasa dan “terdidik” mengantarkan makna suksesnya pembangunan dilihat dari penampakan fisik, memang benar itu merupakan bagian kecil dari keberhasilan suatu pembangunan, kita terkadang lupa akan hal yang sangat mendasar yaitu sumber daya manusia, jumlah penduduk yang besar merupakan kekuatan pembangunan, ternyata hanya mengandung kebenaran bila kondisi tersebut disertai faktor pengendalian kuantitas dan pengembangan kualitas disertai dengan persebarannya yang merata.
Ukuran keberhasilan kinerja aparatur dalam pelaksanaan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan akan tercermin dari kondisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dicapai, dengan indikator mencakup tiga aspek pokok kegiatan dalam bidang, pendidikan. Kesehatan, dan daya beli, lalu sudah sejauhmanakah kabupaten kita dalam upaya peningkatan IPM tersebut.
Mau berlangganan artikel gratis ?, masukan saja emailnya di kotak sidebar yg telah disediakan
Nice post.. nanti sy donlot dulu hrs malam kalau siang koneksinya lambat... tapi pakai template klasik gini ringan lho... cocok dengan koneksi yg lelet.. tinggal delet aja tuh banner n link2 yg gak perlu