Minggu ini suatu seri pertemuan tingkat tinggi guna memperingati momentum dan menegaskan komitmen yang pernah memuncak limabelas tahun lalu di Kairo, digelar di Bangkok. Para pejabat tingkat tinggi, ahli senior dan utusan dari seluruh negeri di Asia Pasifik serta dunia akan berkumpul di markas ESCAP di Bangkok. Mereka akan diskusi dan membulatkan sikap untuk menyusun usulan bagi Pertemuan Internasional di Markas PBB di New York.
Para pejabat tingkat tinggi, ahli-ahli senior dan wakil internasional itu mendengarkan pengalaman dan suka duka pembangunan berbasis kependudukan yang dilaksanakan selama limabelas tahun di seluruh dunia. Mereka menganalisis “sukses stories”, juga kegagalan serta gagasan untuk menghadapi masalah masa depan yang rumit. Mereka juga membahas masalah-masalah baru yang muncul karena keberhasilan yang terjadi dalam waktu singkat berkat transisi demografi cepat dan akibatnya. Dampak transisi yang sangat luar biasa. Transisi di negara maju yang memakan waktu sekitar 100 – 150 tahun, di negara berkembang, khususnya di wilayah Asia Pasifik, termasuk di Indonesia, berlangsung singkat, kurang dari limapuluh tahun. Biarpun ciri-ciri demografinya bertambah baik tetapi penduduk miskin jumlahnya masih sangat tinggi.
Penduduk Asia Pasifik yang setengah abad lalu umumnya berusia muda berubah dengan cepat menjadi penduduk dewasa dan tua. Kelompok penduduk berumur 15 – 60 tahun yang dimasa lalu jumlahnya hampir sama dengan kelompok remaja dan anak-anak, melonjak dalam perbandingan satu dan dua, atau satu dan tiga. Artinya kalau suatu negara mempunyai 100 anak dibawah usia 15 tahun, di tempat yang sama terdapat penduduk usia 15-60 sebanyak 200 orang, atau 300 orang. Keadaan ini secara teoritis sangat menguntungkan apabila pemerintah dan pihak yang bertanggung jawab sadar akan adanya perubahan struktur dan ciri penduduknya. Penduduk usia dewasa dengan pendidikan dan ketrampilan yang tinggi akan mempermudah pemerintah dan semua kalangan membuka lapangan kerja, membuka industri atau perdagangan, sehingga potensi penduduk bergerak maju membangun masyarakat, negara dan bangsanya. Tetapi kalau tidak waspada, aspirasi dan permintaan penduduk dewasa akan jauh lebih rumit untuk dipenuhi.
Phenomena lain yang menarik adalah naiknya jumlah penduduk urban dengan tingkat pendidikan dan mobilitas yang tinggi. Di masa lalu penduduk Indonesia mempunyai tingkat pendidikan hampir nol. Tidak banyak yang bersekolah biarpun bangsa ini mempunyai dokter, insinyur, sarjana hukum dan lainnya, tetapi jumlahnya sangat terbatas. Pada umumnya penduduk tidak bersekolah dan buta aksara. Sisa-sisa masa lalu itu masih banyak dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Namun sekarang tingkat pendidikan penduduk sudah bertambah baik. Tingkat pendidikan rata-rata lebih dari SD, biarpun belum seluruhnya pernah menempuh sekolah SD. Sebagian besar sudah sampai pada tingkat SMP dan tidak jarang dalam keluarga Indonesia terdapat anak atau keponakan yang sedang menempuh pendidikan pada tingkat SMA, atau bahkan sedang kuliah pada Perguruan Tinggi.
Di banyak negara Asia Pasifik perubahan struktur dan ciri penduduk itu belum atau tidak menghasilkan kebijakan baru dalam penanganan pembangunan secara eksplisit. Umumnya pembangunan masih ditekankan pada ketersediaan sumber daya alam, modal dan tehnologi. Kekuatan sumber daya manusia, kecuali untuk negara-negara seperti Jepang, Cina, Korea dan Singapura, tidak mendapat perhatian yang seksama. Kalau pada awal terjadinya proses transisi demografi negara-negara itu secara besar-besaran memberdayakan sumber daya manusianya, kini mereka bisa menikmati penduduknya yang tumbuh sebagai tenaga entrepreneur yang unggul. Mereka berhasil mengolah sumber daya yang terbatas, bahkan mengimpor dan mengubah sumber daya dari negara lain menjadi produk-produk yang menghasilkan nilai tambah yang luar biasa.
Negara-negara tersebut tidak saja membangun dengan mengandalkan potensi sumber bahan baku yang tersedia di negaranya, tetapi manusia-manusia yang cerdas dan kreatif berhasil mencari dan mengolah potensi sumber bahan baku yang tersedia melimpah dari negara tetangga dengan baik. Pembangunan tidak diandalkan pada ketersediaan bahan baku saja, tetapi pada manusia dan potensinya yang selalu diberdayakan, disegarkan dan diberikan kesempatan mengembangkan kreatifitas yang unggul. Kondisi penduduk yang baik itu menyebabkan usia harapan hidup makin panjang sehingga jumlah lansia juga membengkak.
Keberhasilan itu disyukuri tetapi semua pihak yakin bahwa masalah masih menumpuk. Pertemuan tingkat tinggi di Bangkok mudah-mudahan bisa menempatkan masalah ini sebagai agenda baru yang sangat penting untuk segera diselesaikan. Pertemuan ini menumbuhkan harapan baru dan diharapkan akan mengulangi pertemuan serupa di awal tahun 1990-an yang membawa penduduk dan pejabat tinggi tingkat Asia Pasifik bergerak serentak meringankan beban masyarakatnya dengan program KB dan Kesehatan dengan gegap gempita.
Untuk itu mulai tanggal 16 September 2009 phenomena kependudukan yang hampir menjadi ciri umum di negara-negara Asia Pasifik akan menjadi topik bahasan utama Pertemuan Pejabat Tinggi, ahli-ahli pembangunan, wakil-wakil negara dan lembaga donor. Yang ikut serta bukan hanya wakil negara-negara anggota ESCAP, tetapi juga dari lembaga donor dan negara maju. Pertemuan ini, seperti terjadi pada awal tahun 1990-an, akan menghasilkan masukan untuk pertemuan tingkat tinggi di Markas PBB di New York pada pertengahan bulan Oktober yang akan datang. Pertemuan ini dimaksudkan untuk membangun komitmen baru penanganan masalah kependudukan yang lebih luas agar potensinya bisa memberi manfaat yang tinggi untuk membangun bangsa, membangun keluarga sejahtera dan masyarakat yang adil dan makmur. (Prof. Dr. Haryono Suyono,Mantan Menko Kesra RI).
Mau berlangganan artikel gratis ?, masukan saja emailnya di kotak sidebar yg telah disediakan
Comments :
0 komentar to “MEMBANGUN KOMITMEN BARU UNTUK PEMBERDAYAAN PENDUDUK Tanggal: 07 Sep 2009 Laporan: Prof Dr Haryono Suyono”
Posting Komentar
Silahkan Anda comment disini... saya comment di Blog Anda