YO IKUT KB, 2 ANAK LEBIH BAIK, RENCANAKAN JUMLAH KELUARGA ANDA - JADILAH ANGGOTA BINA KELUARGA BALITA, BKR, BKL, DAN KELOMPOK UPPKS

KB MEMANG PERLU - STOP KDRT DAN TRAFICKING

Rabu, 14 April 2010

Membangun Kesenjangan, Menggusur Hati Nurani!

Membangun Kesenjangan, Menggusur Hati Nurani!
Filed Under (renungan) by rice2gold on 14-04-2010 and tagged Kehidupan

Kehidupan harus terus berjalan apapun rintangan yang menghalangi dihadapan, berhenti mungkin mungkin menyerah atau sedang mengambil nafas untuk melanjutkan episode kehidupan selanjutnya.

Mengambli filosofi air yang senantiasa terus mengalir menuju akhir dari sebuah perjalanan. Air menggenang atau tidak mengalir bisa menyebabkan timbulnya beragam penyakit dan permasalahan hingga kematian. Mungkin itulah yang ada dalam irama kehidupan melihat potret mereka-mereka yang hidupnya disinggahi “episode penggusuran”. Kesedihan, kemarahan, gundah-gulana, merasa dipecundangi, tidak diberikan rasa keadilan dan kenyamanan untuk hidup dinegerinya sendiri, dan berjuta rasa yang meliputi perasaan mereka. Tetapi mereka akan tetap bangkit dari keterpurukan, bergerak dari satu tempat ketempat lainnya untuk kembali membangun, beraktifitas dan mengelola kehidupan bermasyarakat.


Salah satu potret kemiskinan yang benar-benar nyata dihadapan mata kita, yang tersampaikan melalui berbagai macam sarana informasi. Sepertinya tak ada yang mau ambil peduli terhadap nasib mereka, sekalipun itu pemimpin yang menguasai daerah penggusuran tersebut, yang memiliki kewenangan sekaligus tanggung-jawab untuk mengayomi rakyatnya. Akan lahir beribu-ribu alasan untuk melegitimasi kebijakan penggusuran yang akan, sedang atau sudah diambil. Alasan ketertiban umum, kerapihan, kebersihan, keindahan kota, sampai alasan tata ruang meskipun sang penghuni wilayah sudah menghuni berpuluh-puluh tahun bahkan berbilang abad. Dengan peraturan daerah atau pemerintah yang baru saja diterbitkan, dengan mudahnya menggusur wilayah yang sudah menjadi landmark macam pemukiman Cina Benteng.

Menggusur pemukiman warga lalu mengganti dengan uang kerohiman yang tidak seberapa, seolah menunjukan telah tergusurnya hati nurani para penguasa. Apalagi jika kenyataan selanjutnya semakin membuat hati miris dan terluka karena wilayah yang digusur kemudian dijadikan perumahan mewah dan mal-mal megah yang menawarkan hidup konsumtif!. Mereka bisa saja berkata tanah yang digusur adalah tanah yang diserobot para warga gusuran, tapi mengapa setelah berpuluh-puluh tahun ditelantarkan baru diambil alih sekarang setelah memiliki nilai ekonomis yang tinggi?. Yang lebih menyedihkan penguasa seolah tak bertanggung-jawab atas rakyatnya, tidak ada tindak lanjut yang membuat mereka merasa diayomi dan dilindungi.

“Kenyataan yang selama ini terjadi adalah bagaimana para penguasa membangun kesenjangan diatas tanah yang digusur, dengan pula ikut menggusur hati nuraninya dari amanat yang telah diberikan dipundaknya.”

Read More......

Selasa, 13 April 2010

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )

1. SEJARAH SINGKAT Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.

2. SENTRA PERIKANAN Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.


3. JENIS Klasifikasi belut adalah sebagai berikut: Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Synbranchoidae Famili : Synbranchidae Genus : Synbranchus Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut kali/laut) Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.

4. MANFAAT Manfaat dari budidaya belut adalah:
1) Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2) Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3) Sebagai obat penambah darah.

5. PERSYARATAN LOKASI
1) Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2) Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
3) Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31 derajat C.
4) Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
2) Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
3) Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2. Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
4) Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester.
5) Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.
6) Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.

6.2. Penyiapan Bibit

1) Menyiapkan Bibit
a. Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
b. Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
c. Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan. Biasanya belut yang dipijahkan 40 30 cm dan belut jantan berukuran adalah belut betina berukuran cm.
d. Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam 1 (satu) bulan sampai anak belutpendederan calon bibit selama tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.

2) Perlakuan dan Perawatan Bibit Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.

6.3. Pemeliharaan Pembesaran

1) Pemupukan Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.
2) Pemberian Pakan Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3) Pemberian Vaksinasi
4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama
1) Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut.
2) Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.

7.2. Penyakit
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

8. PANEN Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1) Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2) Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen). Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.

9. PASCAPANEN Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

10.1.Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1) Biaya Produksi
a. Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,-
b. Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp. 225.000,-
c. Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp. 45.000,-
d. Lain-lain Rp. 30.000,- Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,-

2) Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- Rp. 750.000,-
3) Keuntungan Rp. 422.000,-
4) Parameter Kelayakan Usaha 2,28 10.2. Gambaran Peluang Agribisnis Budidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.

11. DAFTAR PUSTAKA
1) Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya (Anggota IKAPI). Jakarta.
2) Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta
Diposkan oleh emanrais di 21:53

Read More......

BETERNAK BELUT

Empat Bulan Panen Belut

Membesarkan belut hingga siap panen dari bibit umur 1-3 bulan butuh waktu 7 bulan. Namun, Ruslan Roy, peternak sekaligus eksportir di Jakarta Selatan, mampu menyingkatnya menjadi 4 bulan. Kunci suksesnya antara lain terletak pada media dan pengaturan pakan.
Belut yang dipanen Ruslan rata-rata berbobot 400 g/ekor. Itu artinya sama dengan bobot belut yang dihasilkan peternak lain. Cuma waktu pemeliharaan yang dilakukan Ruslan lebih singkat 3 bulan dibanding mereka. Oleh karena itu, biaya yang dikeluarkan Ruslan pun jauh lebih rendah. Selain menekan biaya produksi, panen dalam waktu singkat itu mampu mendongkrak ketersediaan pasokan, ujar Ruslan.
Pemilik PT Dapetin di Jakarta Selatan itu hanya mengeluarkan biaya Rp8.000 untuk setiap kolam berisi 200 ekor. Padahal, biasanya para peternak lain paling tidak menggelontorkan Rp14.000 untuk pembesaran jumlah yang sama. Semua itu karena Ruslan menggunakan media campuran untuk pembesarannya.

Media campuran
Menurut Ruslan, belut akan cepat besar jika medianya cocok. Media yang digunakan ayah dari 3 anak itu terdiri dari lumpur kering, kompos, jerami padi, pupuk TSP, dan mikroorganisme stater.
Peletakkannya diatur: bagian dasar kolam dilapisi jerami setebal 50 cm. Di atas jerami disiramkan 1 liter mikroorganisma stater. Berikutnya kompos setinggi 5 cm. Media teratas adalah lumpur kering setinggi 25 cm yang sudah dicampur pupuk TSP sebanyak 5 kg.
Karena belut tetap memerlukan air sebagai habitat hidupnya, kolam diberi air sampai ketinggian 15 cm dari media teratas. Jangan lupa tanami eceng gondok sebagai tempat bersembunyi belut. Eceng gondok harus menutupi ¾ besar kolam, ujar peraih gelar Master of Management dari Philipine University itu.
Bibit belut tidak serta-merta dimasukkan. Media dalam kolam perlu didiamkan selama 2 minggu agar terjadi fermentasi. Media yang sudah terfermentasi akan menyediakan sumber pakan alami seperti jentik nyamuk, zooplankton, cacing, dan jasad-jasad renik. Setelah itu baru bibit dimasukkan.

Pakan hidup
Berdasarkan pengalaman Ruslan, sifat kanibalisme yang dimiliki Monopterus albus itu tidak terjadi selama pembesaran. Asal, pakan tersedia dalam jumlah cukup. Saat masih anakan belut tidak akan saling mengganggu. Sifat kanibal muncul saat belut berumur 10 bulan, ujarnya. Sebab itu tidak perlu khawatir memasukkan bibit dalam jumlah besar hingga ribuan ekor. Dalam 1 kolam berukuran 5 m x 5 m x 1 m, saya dapat memasukkan hingga 9.400 bibit, katanya.
Pakan yang diberikan harus segar dan hidup, seperti ikan cetol, ikan impun, bibit ikan mas, cacing tanah, belatung, dan bekicot. Pakan diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00. Untuk menambah nafsu makan dapat diberi temulawak Curcuma xanthorhiza. Sekitar 200 g temulawak ditumbuk lalu direbus dengan 1 liter air. Setelah dingin, air rebusan dituang ke kolam pembesaran. Pilih tempat yang biasanya belut bersembunyi, ujar Ruslan.
Pelet ikan dapat diberikan sebagai pakan selingan untuk memacu pertumbuhan. Pemberiannya ditaburkan ke seluruh area kolam. Tak sampai beberapa menit biasanya anakan belut segera menyantapnya. Pelet diberikan maksimal 3 kali seminggu. Dosisnya 5% dari bobot bibit yang ditebar. Jika bibit yang ditebar 40 kg, pelet yang diberikan sekitar 2 kg.

Hujan buatan
Selain pakan, yang perlu diperhatikan kualitas air. Bibit belut menyukai pH 5-7. Selama pembesaran, perubahan air menjadi basa sering terjadi di kolam. Air basa akan tampak merah kecokelatan. Penyebabnya antara lain tingginya kadar amonia seiring bertumpuknya sisa-sisa pakan dan dekomposisi hasil metabolisme. Belut yang hidup dalam kondisi itu akan cepat mati, ujar Son Son. Untuk mengatasinya, pH air perlu rutin diukur. Jika terjadi perubahan, segera beri penetralisir.

Kehadiran hama seperti burung belibis, bebek, dan berang-berang perlu diwaspadai. Mereka biasanya spontan masuk jika kondisi kolam dibiarkan tak terawat. Kehadiran mereka sedikit-banyak turut mendongkrak naiknya pH karena kotoran yang dibuangnya. Hama bisa dihilangkan dengan membuat kondisi kolam rapi dan pengontrolan rutin sehari sekali, tutur Ruslan.

Suhu air pun perlu dijaga agar tetap pada kisaran 26-28oC. Peternak di daerah panas bersuhu 29-32oC, seperti Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi, perlu hujan buatan untuk mendapatkan suhu yang ideal. Son Son menggunakan shading net dan hujan buatan untuk bisa mendapat suhu 26oC. Bila terpenuhi pertumbuhan belut dapat maksimal, ujar alumnus Institut Teknologi Indonesia itu.

Shading net dipasang di atas kolam agar intensitas cahaya matahari yang masuk berkurang. Selanjutnya 3 saluran selang dipasang di tepi kolam untuk menciptakan hujan buatan. Perlakuan itu dapat menyeimbangkan suhu kolam sekaligus menambah ketersediaan oksigen terlarut. Ketidakseimbangan suhu menyebabkan bibit cepat mati, ucap Son Son.
Hal senada diamini Ruslan. Jika tidak bisa membuat hujan buatan, dapat diganti dengan menanam eceng gondok di seluruh permukaan kolam, ujar Ruslan. Dengan cara itu bibit belut tumbuh cepat, hanya dalam tempo 4 bulan sudah siap panen. (Hermansyah)




Read More......

Kamis, 08 April 2010

BETERNAK KELINCI



Ketika Orang Kota Memberikan Modal kepada Orang Desa

Usaha mandiri adalah jalan terbaik untuk meraih kesejahteraan keluarga di desa. Banyak anak-anak muda, baik yang masih lajang maupun sudah berkeluarga tak juga menemukan usaha baru. Pengangguran pun merajalela. Mestinya sekarang kita menyadari bahwa banyak potensi berserak yang mesti dikumpulkan dan dipilih salahsatunya sebagai upaya meraih penghasilan ekonomi.


Saya bukan peternak, tetapi hanya pemberi modal usaha untuk ternak kelinci pada sebuah keluarga petani di desa, di Tegal Jawa Tengah. Tulisan ini sebagai cara saya berbagi kepada teman-teman semua. Bagi saya, ternak kelinci adalah salahsatu potensi yang mesti dikembangkan oleh masyarakat untuk mengurangi pengangguran atau meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga desa. Beberapa hal yang potensial dan realistis dijalankan orang-orang desa dengan ternak kelinci dilatarbelakangi oleh beberapa alasan berikut ini.

Ternak kelinci bisa dimulai dari modal kecil, Rp300ribu, Rp 500ribu, atau juga bisa sekitar Rp 1 juta. Modal kecil lebih baik supaya tidak terlalu cemas resiko akan kegagalan. Dan memang itulah yang disarankan dari prinsip wirausaha, yakni mengembangkan sesuatu yang kecil menjadi besar.

1. Masyarakat desa memiliki pakan murah berupa rumput karena memang pakan pokok kelinci adalah rumput. Sayuran dan konsentrat dari ampas tahu dan bekatul juga tidak terlalu sulit diusahakan.
2. Lahan sekitar 5-10 meter persegi cukup untuk sarana usaha ternak kelinci.
3. Beternak kelinci tak usah berurusan dengan formalitas. Lulusan SD atau bahkan tidak sekolah sama sekali bisa menjalankan.
4. orang desa punya dasar perhatian terhadap hewan ternak. Tinggal bagaimana memodernisasi dan merasionalisasi usaha ternak domestik secara tepat.

Lima hal ini saya simpulkan setelah saya melakukan ujicoba beternak kelinci bagi saudara saya di desa. Sebagai orang kota yang selalu diributkan masalah ekonomi orang desa saya tidak mungkin terus-menerus memanjakan pemberian uang tanpa kerja. Dan saya merasa beruntung karena hanya dengan memberikan modal usaha kepada saudara saya di desa itu sekarang mereka sudah berkembang dan memiliki peningkatan penghasilan. Dulu saya hanya memberikan modal Rp 500ribu untuk 3 ekor bibit dan membelikan dua buku Kelinci Karangan Faiz Manshur (Kelinci: Pemeliharaan Secara Ilmiah, Tepat dan Terpadu dan Buku Ternak Uang Bersama Kelinci).

Sedangkan kandang dan peralatan saudara saya memanfaatkan bahan-bahan gratis di desa. Modal 500 ribu inilah yang sekarang telah berubah menjadi asset sekitar 5 juta dalam setahun. Sekarang sudah ada 25 ekor induk dan terus melahirkan banyak anak-anak kelinci. Selain mendapatkan peningkatan pendapatan ekonomi rata-rata Rp 800ribu setiap bulan, keluarga di desa juga mendapatkan gizi daging kelinci yang katanya memang sehat di banding daging sapi atau domba. Saya mengucapkan terimakasih kepada penulis buku itu, karena dari kedua buku yang saya kirimkan ke desa itulah sekarang terjadi perubahan.

Pun demikian saya juga perlu menyampaikan secara berimbang beberapa hal sebagai berikut.

1. Memulai usaha kelinci mestinya didasari oleh rasa suka dan cinta terhadap kelinci.
2. Orang desa mesti dibekali ilmu pengetahuan yang baik untuk memelihara kelinci rumahan. Dengan buku itu minimal calon peternak mendapatkan dasar-dasar ternak kelinci yang baik.
3. Pemantauan dan bimbingan terus dilakukan, Juga pemberian motivasi semangat untuk terus berkembang dan yakin bahwa usahanya akan bermanfaat.
4. Tidak ada usaha yang cepat dan langsung menghasilkan uang dalam waktu dekat. Kelinci hanya memberikan potensi, selebihnya peternak sendiri yang dituntut untuk terus mengelola potensi itu secara tekun dan tiada kenal lelah berusaha.
5. masalah penyakit seringjadi persoalan. Dan memang tidak cukup dengan buku kelinci itu. Kita orang kota yang memiliki akses informasi luas dari internet mesti sering melayani orang desa dengan mengirim banyak naskah-naskah ke desa agar mereka terus mendapatkan pasokan ilmu pengetahuan.
6. Jika ingin aman dalam tahun pertama, sebaiknya disarankan calon peternak belajar magang. Itu lebih cepat untuk mendapat ilmu.
7. Jangan terburu-buru berpikir soal hasil. Setahun pertama tetap saja usaha apapun sulit dilakukan sebab masih dalam masa merangkak. Terus saja dipantau dan diberi motivasi agar bertahan sekalipun banyak halangan.

Demikian pengalaman yang saya sampaikan kepada Kabar Kelinci Indonesia (KKI). Saya merasa berhutang budi banyak dari blog KKI yang banyak memberi informasi seputar kelinci selama masa 1,5 tahun ini. Al-khamdulillah sekarang sebuah keluarga di desa itu telah berhasil menjadi keluarga mandiri. Dengan penghasilan tambahan sekitar Rp800ribu setiap bulan, jelaslah potensi kelinci sangat baik untuk orang desa. Terimakasih.

(Drs Purwanto, PNS asal Tegal, Tinggal di Bekasi)

Read More......

Selasa, 03 November 2009

LPP DAN LPE sejauhmana keterkaitannya


Penduduk yang besar tidak selalu benar sebagai modal pembangunan, kecuali penduduk tersebut berkualitas, kualitas penduduk kan tercapai bila kebutuhan dasar mereka terpenuhi, baik aspek ekonomi dan aspek kesehatan, dan aspek pendidikan.

Penduduk yang besar selama ini hanya menjadi permasalahan yang besar, dari mulai tingkat kemiskinan, keterbelakangan, pengangguran, tentu kondisi demikian akan sulit untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk, lalu bagaimana keluar dari problem tersebut.



Read More......

Jumat, 09 Oktober 2009

KESIAPAN REMAJA DALAM MERENCANAKAN KEHIDUPAN BERKELUARGA


Siapakah yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan kehidupan bangsa dan negara mendatang ? tentu saja generasi saat ini, sebagai penerus dan pemegang estafet kepemimpinan, satu keniscayaan hanya remaja/generasi yang berkualitas yang mampu menjawab tantangan tersebut. Kualitas generasi akan sangat ditentukan oleh kemauan dan kemampuan pengembangan potensi diri, dengan tidak menampik peran keluarga (orang tua) dan pemerintah dalam memberikan perhatian terhadap pengembangan sumber daya manusia potensial. Sekali kita melakukan kesalahan maka dampaknya akan sangat panjang dan berat bagi diri generasi muda itu sendiri, lebih jauh pada pembangunan bangsa secara menyeluruh.

Untuk membentuk generasi berkualitas perlu difahami perkembangan dan prilaku yang terjadi pada remaja, ini penting setidaknya remaja akan mampu memilah prilaku dan mampu membangun potensi diri dalam upaya memersiapkan diri sampai pada tahapan masa dewasa untuk kehidupan berkeluarga.

KONDISI FAKTUAL


TUMBUH KEMBANG REMAJA

A. Ciri-ciri Perkembangan Remaja
Menurut cirri perkembangannya masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
1. Masa Remaja awal (10-12 Tahun)
- Lebih dekat dengan teman sebaya
- Ingin bebas
- Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
- Mulai berpikir abstrak
2. Masa Remaja Tengan (13-15)
- Mencari identitas diri
- Timbul keinginan untuk kencan
- Mempunyai rasa cinta yang mendalam
- Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
- Berkhayal tentang aktivitas seks

3. Masa Remaja Akhir (16-19)
- Pengungkapan kebebasan diri
- Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
- Mempunyai citra jasmani dirinya
- Dapat mewujudkan rasa cinta
- Mampu berpikir abstrak
Ciri-ciri perkembangan remaja tersebut perlu dipahami, agar penanganan masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya dapat dilakukan dengan baik.

B. Perubahan Fisik pada Masa Remaja

Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja termasuk pertumbuhan organ-organ reroduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut :

1. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks, seprti ;
 Terjadinya haid pada remaja putri (menarche, usia, 9-15 th)
 Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki (wet Dream, usia 12-15)

2. Tanda-tanda skes sekunder, yaitu;
 Remaja laki-laki : terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadi ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar, badan lebih berotot, tumbuhnya kumis, cambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak.
 Remaja puteri ; pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut diketiak dan sekitar kemaluan (pubis).

C. Perubahan Kejiwaan pada Masa Remaja

Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik, yang meliputi ;

1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi ;
 Sensitif (mudah menangis, cemas, frustrasi dan tertawa)
 Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga (misalnya) mudah berkelahi

2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi;
 Mampu berfikir abstrak, senang memberikan kritik
 Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.

Prilaku Remaja

Masa Remaja, usia 10 – 19 tahun, merupakan masa peralihan dari anak-anak ke periode dewasa, prilaku remaja sering menjadi masalah dan topik pembicaraan, hal ini erat kaitannya dengan karakteristik perkembangan masa remaja. Sebagaimana dimaklumi, masa remaja adalah masa kurun waktu perkembangan yang berada dalam masa transisi, yaitu dari masa anak-anak ke masa dewasa. Stanley hall (1904) menyebut remaja sebagai peiode penuh badai dan stress. Menurut Hall secara khas remaja berada dalam keadaan kontradiksi dan ekstrim, misalnya; antara bersemangat penuh kegembiraan dan kelesuan, kekejaman dan sensitivitas, rajin dan kemalasan.

Sementara itu Erikson memandang pada masa ini, remaja berusaha konsisten dengan kepercayaan diri untuk mengembangkan identitas integral, prosesnya tidak mudah seringkali dihadapkan pada kendala, dan ia menyebutnya konflik identitas. Dipihak lain Margaret Mead seorang antropolog ternama mengatakan bahwa remaja tidak selalu mengalami konflik, tidak semua remaja mengalami periode kacau penuh badai dan sebagian besar remaja mampu melampaui masa ini secara sehat dan positip.

Remaja dalam menjalani kehidupan sering kali melakukan tindakan-tindakan kurang berkenan dimata orang dewasa, tapi sebenarnya itu merupakan bagian normal kehidupan seorang remaja dan merupakan bagian penting fungsi perkembangan, membantu pembentukan identitas dan untuk tumbuh sebagai orang dewasa, disini peran keluarga (orang tua) sangat penting untuk mengarahkan prilaku remaja.

Masa remaja merupakan masa persiapan memasuki kehidupan dunia dewasa yang sebenarnya termasuk kehidupan berkeluarga, kehidupan dewasa menuntut adanya kemandirian dalam berbagai segi kehidupan, oleh karena itu pada masa remaja ini terjadi tugas-tugas perkembangan untuk mempersiapkan kehidupan berkeluarga, tugas-tugas tersebut antara lain mencari dan mempersiapkan pasangan hidup, mempersiapkan pekerjaan, memperoleh pendidikan dan berbagai kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan dewasa.

Dalam periode masa remaja ini, terjadi berbagai perubahan dalam segi fisik, psikologis , spiritual , dan sosial sebagai konsekuensi proses pertumbuhan dan perkembangan dalam masa ini. Pada masa ini terjadi proses kematangan organ-organ reproduksi (seksual), sebagai wujud kesiapan untuk menghasilkan keturunan baru. Perubahan itu disertai pula dengan berkembangnya ketertarikan kepada jenis kelamin lain yang berbeda (laki-laki kepada perempuan atau sebaliknya) atau heteroseksual. Ketertarikan ini merupakan awal dari berkembangnya “rasa cinta” di kalangan remaja, yang kemudian mendorong untuk terjadinya prilaku pacaran. Prilaku pacaran para remaja akan banyak dipengaruhi oleh cirri-ciri perkembangan cinta yang terjadi pada masa remaja, awal rasa cinta itu bermula dari pemujaan atau kekaguman kepada seseorang. Dalam fase selanjutnya kemudian berkembang menjadi apa yang disebut “cinta monyet”, yaitu adanya rasa cinta tetapi masih-masih malu-malu untuk mewujudkannya, perkembangan selanjutnya ialah apa yang disebut “steady love” atau “cinta yang mantap”, yaitu cinta yang sudah didasari oleh kemantapanpilihan, fase selanjutnya ialah “cinta ambang pernikahan”, yaitu cinta yang sudah lebih mengarah kepada kehidupan berkeluarga.

Kehidupan berkeluarga saatnya tahapan itu akan dilalui, hanya persoalannya jangan sampai terjadi karena “keterpaksaan” tanpa ada satu rencana dan kesiapan yang matang, kalau ini terjadi maka indahnya kehidupan dewasa akan nanar dalam pelukan penyesalan, sejatinya hanya remaja yang mampu mensinergikan perkembangan prilaku dalam keseharian akan mampu menapak pada kehidupan dewasa dan kehidupan berkeluarga yang ideal sesuai asa yang diinginkan.(dinar kencana)


Read More......